Kelas Konvensional vs Deep Learning
Akhir-akhir ini, mungkin Bapak dan Ibu Guru sering mendengar istilah “deep learning” berseliweran di media sosial, webinar pendidikan, bahkan mungkin dalam pelatihan Kurikulum Merdeka. Istilah ini terdengar keren dan canggih, tapi apa sebenarnya maksudnya? Apakah deep learning itu sekadar metode baru? Apakah kita harus meninggalkan cara mengajar yang lama?
Tulisan ini tidak akan membahas teori yang rumit. Sebaliknya, kita akan menjelajah secara sederhana tentang apa itu deep learning, mengapa ia berbeda dari pembelajaran konvensional, dan bagaimana penerapannya bisa kita mulai dari ruang kelas kita yang sederhana di sekolah dasar.
1. Menyikapi Perbedaan Kemampuan Siswa
Dalam kelas konvensional, kita terbiasa melihat perbedaan kemampuan siswa sebagai tantangan. Kalau ada siswa yang “lebih lambat” memahami pelajaran, kita cenderung merasa itu sebagai masalah. Sebaliknya, siswa yang cepat paham sering kali dianggap lebih unggul, dan tanpa sadar, kita memberi mereka lebih banyak perhatian.
Namun, dalam pendekatan deep learning, perbedaan kemampuan bukan masalah. Justru, inilah titik tolak utama dalam menyusun pembelajaran. Guru tidak membuat satu rencana yang sama untuk semua anak. Guru menyusun pembelajaran yang berdiferensiasi—artinya, disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan gaya belajar setiap anak.
Misalnya, saat belajar tema "Lingkungan", siswa yang lebih senang membaca bisa diberi teks bacaan, sementara siswa yang lebih visual bisa diberi video pendek. Mereka belajar hal yang sama, tapi dengan cara yang berbeda. Ini bukan memanjakan, tapi memberi peluang adil bagi setiap anak untuk tumbuh sesuai potensinya.
2. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Di kelas konvensional, penilaian sering kali berfokus pada angka-angka: 70, 85, 100. Siswa dinilai dari seberapa banyak soal yang bisa mereka jawab dengan benar. Bahkan ranking kelas pun masih menjadi kebanggaan sebagian orang tua dan sekolah.
Deep learning membawa pendekatan berbeda. Di sini, keunggulan tidak dilihat dari siapa yang paling tinggi nilainya, tetapi siapa yang paling berkembang dari dirinya sendiri. Fokusnya adalah pertumbuhan. Siswa yang tadinya tidak berani bicara di depan kelas, kini mulai berani bercerita. Siswa yang dulu kesulitan memahami pecahan, kini bisa menjelaskan kepada temannya. Ini adalah kemajuan yang patut diapresiasi.
Dalam pendekatan ini, guru menjadi pengamat aktif. Ia mencatat perkembangan setiap anak, memberi umpan balik yang membangun, dan membantu anak menyadari bahwa proses belajar itu jauh lebih penting daripada sekadar hasil akhir.
3. Minat Siswa: Pintu Masuk Pembelajaran yang Bermakna
Di kelas konvensional, guru biasanya menjadi penentu mutlak: topik apa yang dipelajari, cara belajar seperti apa, bahkan kadang sampai ke bentuk tugas. Siswa mengikuti, meski tidak semua merasa terlibat.
Sebaliknya, di kelas berbasis deep learning, siswa didorong untuk mengenali minat mereka dan menggunakannya sebagai pintu masuk pembelajaran. Misalnya, jika seorang siswa menyukai menggambar, ia bisa mengekspresikan pemahamannya tentang sistem pernapasan manusia melalui komik sederhana. Atau jika ada siswa yang suka menyanyi, ia bisa membuat lagu tentang daur air.
Ketika minat siswa dihargai, mereka akan belajar dengan penuh semangat. Guru tidak lagi perlu menyuruh-nyuruh. Suasana kelas menjadi hidup karena anak-anak merasa dihargai dan dianggap penting dalam proses belajar mereka sendiri.
4. Kolaborasi dan Pemecahan Masalah Bersama
Dalam pendekatan konvensional, guru adalah pusat segala jawaban. Ketika ada masalah di kelas—entah soal konflik antarsiswa, ketertinggalan materi, atau sikap kurang disiplin—guru sering merasa harus menyelesaikannya sendiri.
Deep learning mengajak kita melihat siswa bukan hanya sebagai penerima ilmu, tetapi juga sebagai bagian dari solusi. Guru tetap menjadi pembimbing, tetapi siswa dilibatkan untuk menyelesaikan masalah bersama.
Contoh nyata: ketika dua siswa berselisih, guru tidak langsung memarahi atau memisahkan. Sebaliknya, guru mengajak keduanya duduk bersama, mendengarkan perasaan masing-masing, dan mencari jalan tengah. Atau ketika ada siswa yang kesulitan, teman-temannya bisa membantu menjelaskan dengan caranya sendiri.
Proses ini mengajarkan empati, tanggung jawab, dan rasa memiliki. Kelas bukan lagi ruang pasif, melainkan komunitas belajar yang aktif, hidup, dan saling mendukung.
5. Jadi, Haruskah Kita Meninggalkan Cara Lama?
Tidak perlu buru-buru membuang semua cara lama. Banyak guru di Indonesia telah menerapkan prinsip deep learning jauh sebelum istilah ini dikenal. Guru yang mendengarkan murid, yang membimbing dengan hati, dan yang mengembangkan kreativitas murid—mereka sesungguhnya sudah menjalani filosofi deep learning.
Namun, perubahan zaman menuntut kita untuk lebih sadar dan terarah. Kurikulum Merdeka memberi ruang besar bagi pendekatan ini. Maka, inilah saatnya kita melangkah bersama, memperkaya cara mengajar kita dengan semangat pembelajaran mendalam.
Mulailah dari hal kecil. Misalnya, buatlah satu aktivitas dalam seminggu yang memberi ruang bagi siswa untuk memilih cara belajarnya. Dengarkan cerita mereka. Tanyakan pendapat mereka tentang kegiatan kelas. Jadikan mereka bagian dari pembelajaran, bukan sekadar peserta.
Penutup
Perubahan memang tidak selalu mudah, terutama jika kita sudah bertahun-tahun mengajar dengan cara tertentu. Tapi seperti embun pagi yang menyegarkan daun, ide tentang deep learning bisa menjadi penyegar bagi kita yang mungkin mulai merasa lesu dengan metode lama.
Pembelajaran tidak harus selalu rumit. Ia bisa dimulai dari rasa ingin tahu, dari empati, dari minat siswa yang sederhana. Dengan deep learning, kelas menjadi tempat yang ramah untuk tumbuh. Tidak hanya bagi murid, tapi juga bagi kita, para guru.
Mari terus belajar, terus mencoba. Karena sejatinya, guru yang hebat bukanlah yang tahu segalanya, tapi yang selalu mau bertumbuh bersama murid-muridnya.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca halaman ini. Jika kamu merasa informasi di blog ini bermanfaat, jangan ragu untuk menjelajahi artikel lainnya—siapa tahu, ada topik lain yang juga relevan dan menarik untukmu.
Posting Komentar
Salam!