Memahami Deep Learning dalam Konteks Pembelajaran

Istilah Deep Learning biasanya bikin kita langsung mikir ke dunia kecerdasan buatan atau AI. Tapi dalam konteks pendidikan, deep learning atau pembelajaran mendalam punya makna yang sangat berbeda. Ini bukan tentang robot atau algoritma, tapi tentang bagaimana peserta didik bisa benar-benar memahami, menghayati, dan menerapkan ilmu yang mereka pelajari.

Nah, sekarang kita coba bahas konsep deep learning ini dalam konteks pendidikan. Biar nggak cuma jadi istilah keren, tapi juga bisa benar-benar dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar.

Apa Itu Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam?


Deep Learning (Pembelajaran mendalam) adalah sebuah kerangka kerja—bukan sekadar metode atau model pembelajaran. Artinya, dia punya komponen-komponen yang saling mendukung dan membentuk satu sistem utuh. Sama halnya seperti Understanding by Design atau project-based learning yang punya struktur kerja yang jelas.

Dalam framework pembelajaran mendalam, ada empat lapisan utama yang membentuk keseluruhan konsep ini. Yuk kita bedah satu per satu.

1. Kerangka Pembelajaran (Lapisan Paling Luar)

Kerangka pembelajaran ini adalah pondasi utama. Terdiri dari empat komponen besar:

  • Praktik Pedagogis
    Cara guru mengajar, pendekatan yang digunakan, serta strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar.

  • Lingkungan Pembelajaran
    Suasana, budaya, dan kondisi fisik maupun virtual yang mendukung proses belajar.

  • Pemanfaatan Digital
    Bagaimana teknologi dimanfaatkan untuk memperkaya proses pembelajaran.

  • Kemitraan Pembelajaran
    Kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan komunitas untuk mendukung pencapaian tujuan belajar.

Semua ini saling berkaitan dan menentukan sejauh mana pembelajaran bisa bermakna dan mendalam.

2. Pengalaman Belajar (Lapisan Kedua)

Lapisan berikutnya adalah pengalaman belajar, yang dibagi ke dalam tiga tahap:

  • Memahami (Understanding)
    Di tahap ini siswa diajak mengenal dan memahami konsep-konsep dasar.

  • Mengaplikasikan (Applying)
    Pengetahuan yang dipahami tadi mulai diterapkan dalam konteks nyata.

  • Merefleksikan (Reflecting)
    Ini tahap yang paling dalam—siswa mengevaluasi proses belajar mereka, mengaitkan dengan pengalaman pribadi, dan bahkan menciptakan sesuatu dari apa yang sudah dipelajari.

Kalau dibandingkan dengan Taksonomi Bloom (atau Anderson), maka:

  • Memahami = C1 & C2

  • Mengaplikasikan = C3

  • Merefleksi = C4 hingga C6 (analisis, evaluasi, mencipta)

3. Prinsip Pembelajaran: Tiga "Full"

Lapisan ketiga ini adalah prinsip yang mewarnai semua proses pembelajaran, dikenal juga sebagai tiga "Full":

  • Mindful (Berkesadaran)
    Siswa sadar terhadap apa yang dipelajari dan mengapa itu penting.

  • Meaningful (Bermakna)
    Pembelajaran terasa relevan dengan kehidupan nyata siswa.

  • Joyful (Menggembirakan)
    Proses belajar berlangsung dengan suasana yang menyenangkan.

Prinsip-prinsip ini membuat pembelajaran tidak hanya kognitif, tapi juga emosional dan sosial.

4. Dimensi Profil Lulusan (Lapisan Paling Dalam)

Di lapisan terdalam, kita menemukan profil lulusan, yaitu kompetensi dan karakter yang diharapkan dimiliki siswa setelah melewati proses pembelajaran mendalam.

Ada delapan dimensi dalam profil lulusan ini:

  1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan YME

  2. Kewargaan

  3. Penalaran Kritis

  4. Kreativitas

  5. Kolaborasi

  6. Komunikasi

  7. Kemandirian

  8. Kesehatan

Kalau kamu merasa ini familiar, kamu nggak salah. Karena banyak yang mirip dengan Profil Pelajar Pancasila, meskipun ada perbedaan di beberapa bagian.

Dibandingkan dengan Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila punya 6 dimensi utama:

  1. Beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia

  2. Mandiri

  3. Bernalar kritis

  4. Kreatif

  5. Kebinekaan global

  6. Gotong royong

Dari sini kita bisa lihat bahwa sebagian besar nilai-nilai yang diusung deep learning versi Indonesia juga ada di Profil Pelajar Pancasila. Misalnya:

  • Penalaran kritis sama dengan bernalar kritis

  • Kreativitas = kreatif

  • Komunikasi dan kolaborasi = gotong royong (karena gotong royong mengandung unsur itu)

  • Kewargaankebinekaan global

Perbedaannya? Ada tiga dimensi tambahan di profil lulusan deep learning yang tidak ditemukan dalam Profil Pelajar Pancasila:

  • Kesehatan

  • Keimanan dan ketakwaan (versi kata benda)

  • Kemandirian (dengan istilah yang sedikit berbeda)

Ketiga tambahan ini bukan asal comot. Mereka diambil dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2023, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional harus mengembangkan manusia yang:

  • Beriman dan bertakwa

  • Sehat jasmani dan rohani

  • Mandiri

Jadi, wajar aja kalau dimensi itu muncul dalam deep learning versi Indonesia. Karena pada dasarnya, kerangka ini tetap berpijak pada landasan hukum dan filosofi pendidikan nasional.

Diadaptasi dari Michael Fullan

Framework pembelajaran mendalam ini sebenarnya mengadaptasi pemikiran dari Michael Fullan, pakar pendidikan asal Kanada. Dalam bukunya Deep Learning: Engage the World Change the World, Fullan menyebut empat komponen besar:

  1. Pedagogical Practices

  2. Learning Environment

  3. Leveraging Digital

  4. Learning Partnerships

Di versi Indonesia, komponen ini diterjemahkan dan dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan menambahkan lapisan “pengalaman belajar” dan prinsip “tiga full” tadi.

Dimensi lulusan seperti critical thinking, citizenship, collaboration, creativity, dan communication juga diambil dari buku Fullan. Namun, Indonesia menambahkan dimensi khas seperti kesehatan dan keimanan, agar sesuai dengan nilai-nilai lokal dan sistem pendidikan nasional.

Jadi, Apa Kesimpulannya?

Framework deep learning versi Indonesia bukan copy-paste, tapi adaptasi yang cukup cermat. Ia menggabungkan:

  • Gagasan global (dari Michael Fullan)

  • Nilai lokal (Profil Pelajar Pancasila)

  • Landasan hukum (UU Sisdiknas 2023)

Walau sempat jadi bahan kritik dan diskusi, sebenarnya konsep ini tidak terlalu jauh dari apa yang selama ini kita kenal di dunia pendidikan. Bahkan bisa jadi, inilah bentuk pengembangan yang lebih menyeluruh dan relevan dengan zaman sekarang

Penutup

Pendidikan memang terus berkembang. Tapi esensinya tetap sama: bagaimana mencetak manusia utuh, yang tidak hanya pintar, tapi juga sadar, bermakna, dan bahagia saat belajar. Pembelajaran mendalam adalah salah satu upaya ke arah sana.

Comments

Popular Posts